Bangsa Cina pernah berada pada titik garis kemiskinan, kemudian dengan diam-diam
tanpa basa-basi mempersiapkan SDM berkualitas sekaligus penguasaan teknologi
plus kerja keras akhirnya kini menjelma jadi bangsa Boss, bangsa kaum borjuis.
Lihat saja di berbagai supermarket & plaza penuh sesak oleh barang made in
China. Bahkan negara adidaya sekelas AS sekalipun ketar - ketir menyaksikan
ekspansi China dibidang ekonomi dan teknologi.
Ajaran agama manapun mengajarkan untuk kaya dan posisi kaya bisa diraih dengan posisi puncak setidaknya jadi Boss dan musuh terbesar kita adalah kemiskinan dan kebodohan. Maka menjadi miskin memang bukan cita-cita, tidak ada orang yang bercita-cita jadi miskin, semua orang ingin kaya-tapi bagaimana memperolehnya tentu banyak jalan menuju kaya.
Setiap orang bisa mencapai pencerahan, jika ia melakukan kerja keras. Bangsa-bangsa timur pun bisa mencapainya, jika melakukan kerja keras. Karena setiap manusia memiliki potensi yang sama untuk maju. Pada titik inilah, Swami Vivekananda menyemangati bangsa-bangsa Timur dengan mengatakan, bangkit, bangun, bergeraklah sampai tujuanmu tercapai.
Kita sudah diberi segalanya, tergantung kita mampu apa tidak memanfaatkan potensi yang ada. Akankah kita berpangku tangan dengan kendisi yang ada ? Tentu tidak, usaha- usaha untuk tidak miskin adalah kerja keras. Kerja keras belumlah cukup diperlukan kerja cerdas, kerja cerdas tidak cukup diperlukan sifat perjuangan dan kesabaran, jika kita menerapkan falsafah ini maka kemungkinan besar posisi apapun yang lebih baik akan bisa segera diraih.
Menjadi boss memang impian setiap orang, tidak pandang bulu, anak-anak yang masih duduk di TK atau SD pun bila kita tanya sekarang cita-citanya kepingin jadi dokter, insinyur, artis, pengusaha yang berkonotasi pada limpahan materi, ketenaran seperti yang mereka saksikan di tayangan sinetron yang sering menampilkan kemewahan. Memang jadi bos tidak gampang, tapi menjadi bos kecil agaknya bukan hal yang mustahil. Seorang petani di desa sebenarnya bisa jadi bos karena dia memiliki lahan pertanian yang sebenarnya kalau dikelola dengan ‘otak’ akan menghasilkan banyak pendapatan.
Bayangkan kalau di luar negeri punya lahan satu hektar saja sudah bisa jadi sumber penghasilan utama, sementara para petani kita yang punya lahan satu hektar malah jadi kuli di kota besar, sungguh ironis. Belum lagi yang jadi kuli di pabrik-pabrik dan industri besar. Dengan bangga berseragam masuk pagi pulang petang begitu juga seorang mandor bangunan.
Dalam hidup ini ada tipologi orang yang mudah mendapat kekayaan, ada yang sulit sekali. Bagi yang mudah biasanya tentu mudah juga keluar uangnya alias boros. Tapi bagi yang sulit tentu biasanya juga akan sulit keluarnya. Jadi sebenarnya dalam hidup ini besar kecil pendapatan sebenarnya perlu dinikmati sembari terus berusaha, dan berusaha.
Sesungguhnya dalam siklus kehidupan secara umum kebanyakan dari kita terlahir dari keluarga miskin, kalau pun ada yang terlahir dari keluarga kaya itu bisa disebabkan karena keturunan atau karena memang trah dari nenek moyang, tapi sejak manusia dilahirkan ke muka bumi, Tuhan tidak memberikan apa-apa hanya nyawa yang dibalut dengan jasmani.
Ajaran agama manapun mengajarkan untuk kaya dan posisi kaya bisa diraih dengan posisi puncak setidaknya jadi Boss dan musuh terbesar kita adalah kemiskinan dan kebodohan. Maka menjadi miskin memang bukan cita-cita, tidak ada orang yang bercita-cita jadi miskin, semua orang ingin kaya-tapi bagaimana memperolehnya tentu banyak jalan menuju kaya.
Setiap orang bisa mencapai pencerahan, jika ia melakukan kerja keras. Bangsa-bangsa timur pun bisa mencapainya, jika melakukan kerja keras. Karena setiap manusia memiliki potensi yang sama untuk maju. Pada titik inilah, Swami Vivekananda menyemangati bangsa-bangsa Timur dengan mengatakan, bangkit, bangun, bergeraklah sampai tujuanmu tercapai.
Kita sudah diberi segalanya, tergantung kita mampu apa tidak memanfaatkan potensi yang ada. Akankah kita berpangku tangan dengan kendisi yang ada ? Tentu tidak, usaha- usaha untuk tidak miskin adalah kerja keras. Kerja keras belumlah cukup diperlukan kerja cerdas, kerja cerdas tidak cukup diperlukan sifat perjuangan dan kesabaran, jika kita menerapkan falsafah ini maka kemungkinan besar posisi apapun yang lebih baik akan bisa segera diraih.
Menjadi boss memang impian setiap orang, tidak pandang bulu, anak-anak yang masih duduk di TK atau SD pun bila kita tanya sekarang cita-citanya kepingin jadi dokter, insinyur, artis, pengusaha yang berkonotasi pada limpahan materi, ketenaran seperti yang mereka saksikan di tayangan sinetron yang sering menampilkan kemewahan. Memang jadi bos tidak gampang, tapi menjadi bos kecil agaknya bukan hal yang mustahil. Seorang petani di desa sebenarnya bisa jadi bos karena dia memiliki lahan pertanian yang sebenarnya kalau dikelola dengan ‘otak’ akan menghasilkan banyak pendapatan.
Bayangkan kalau di luar negeri punya lahan satu hektar saja sudah bisa jadi sumber penghasilan utama, sementara para petani kita yang punya lahan satu hektar malah jadi kuli di kota besar, sungguh ironis. Belum lagi yang jadi kuli di pabrik-pabrik dan industri besar. Dengan bangga berseragam masuk pagi pulang petang begitu juga seorang mandor bangunan.
Dalam hidup ini ada tipologi orang yang mudah mendapat kekayaan, ada yang sulit sekali. Bagi yang mudah biasanya tentu mudah juga keluar uangnya alias boros. Tapi bagi yang sulit tentu biasanya juga akan sulit keluarnya. Jadi sebenarnya dalam hidup ini besar kecil pendapatan sebenarnya perlu dinikmati sembari terus berusaha, dan berusaha.
Sesungguhnya dalam siklus kehidupan secara umum kebanyakan dari kita terlahir dari keluarga miskin, kalau pun ada yang terlahir dari keluarga kaya itu bisa disebabkan karena keturunan atau karena memang trah dari nenek moyang, tapi sejak manusia dilahirkan ke muka bumi, Tuhan tidak memberikan apa-apa hanya nyawa yang dibalut dengan jasmani.