Minggu, 24 Maret 2013

prolog-miskin



Miskin & Kaya, Soal Cara Pandang 
Masalah kemiskinan memang sudah banyak diseminarkan oleh berbagai kalangan mulai akademisi, praktisi, agamawan dsb yang berasal dari beragam lembaga. Namun anehnya seminar atau diskusi yang membahas kemiskinan justru banyak diselenggarakan di hotel mewah. Seharusnya persoalan pengentasan kemiskinan diperdebatkan di gang- gang kumuh, lapak - lapak PKL, kampung - kampung yang banyak dihuni penderita busung lapar, sehingga lebih mengena dan lebih menyentuh persoalan.
Akibat salah kaprahnya definisi tentang kemiskinan serta upaya penanggulangannya. Kemiskinan juga dapat diukur dengan jumlah kalori yang dikonsumsi setiap orang- setiap hari. BPS menggunakan kalori sebagai tolok ukur kemiskinan sebesar 2.100/kapita/hari. Sedang Bank Dunia menggunakan kalori sebagai tolok ukur kemiskinan sebesar 2.200/orang/hari. 
Kelemahan kalori sebagai tolok ukur kemiskinan adalah jumlah kalori yang sama dapat dihasilkan dari makanan yang berharga mahal dan dapat pula dihasilkan dari bahan yang sangat murah. Padahal kebutuhan hidup bukan hanya kebutuhan kalori, tetapi juga termasuk perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi dan lain-lain. 
Lalu apa enaknya jadi orang kaya ? Jadi orang kaya sebenarnya fungsinya ada empat yakni: sebagai perintis, penyelaras, pemberdaya dan panutan. 
Sebagai perintis, orang kaya harus membuka jalan dengan mengembangkan visi, misi dan strategi yang sejalan dengan para stakeholder-nya. Sebagai penyelaras, ia harus piawai menyeimbangkan seluruh sistem dalam organisasi agar mampu bekerja sama dan saling bersinergi. Sebagai pemberdaya ia selalu menumbuhkan lingkungan agar setiap orang dalam organisasi mampu dan bersedia memberi yang terbaik. Sebagai panutan, ia bertanggungjawab atas tutur kata, sikap, perilaku dan keputusan yang diambilnya.
Perbedaan pandangan mengenai cara mengelola uang seringkali menjadi pemicu sebuah keributan di dalam rumah tangga. Kadang kala sang suami pelit dan sang istri yang boros terlihat seperti sebuah jurang perbedaan yang cukup sulit untuk dijembatani. Padahal masalah tersebut bisa diselesaikan jika Anda dan pasangan mengerti cara yang tepat untuk membelanjakan uang. Pertengkaran akibat perbedaan tersebut bisa dihindari sepanjang Anda dan pasangan bisa mengelola uang dengan baik. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan masalah keuangan dalam rumah tangga.
Pertama, bagaimana jadinya jika si kikir dan si boros bersatu dalam sebuah rumah. Hal seperti ini biasanya tidak pernah sepi dari pertengkaran. Hal tersebut terjadi karena dua orang ini bertahan pada kebiasaan yang sudah mendarah daging sejak kecil.
Prinsip mereka sangat berbeda dalam membelanjakan uang. Si boros hidup untuk saat ini, sedangkan si hemat memfokuskan diri untuk masa depan. Cara mengelola uang juga mengungkapkan banyak hal tentang siapa diri kita yang sebenarnya. Mereka yang cenderung pelit biasanya terkesan dingin atau kurang mampu mengekspresikan kasih sayangnya pada orang yang dicintai. 
Kedua, uang sebagai sumber rasa aman. Setiap pasangan pasti mempunyai masalah dalam rumah tangganya, termasuk soal uang. Banyak orang yang merasa nyaman jika mempunyai uang berlimpah. Mereka merasa bahwa hidupnya akan terjamin jika ada harta tak terhitung jumlahnya. Padahal kita ditantang untuk bisa memahami masalah kemerdekaan secara finansial. 
Ketiga, perbedaan peran dalam rumah tangga. Pada era modern ini banyak wanita yang ikut bekerja. Akan tetapi prialah yang tetap dominan berperan menanggung kebutuhan keluarga. Mengenai masalah penghasilan yang tidak sepadan, kerap menjadi bahan pertengkaran. Proses pengambilan keputusanpun mengalami perubahan, tidak lagi ada hak istimewa pada pria belaka. 
Pernahkah kita bercita-cita menjadi direktur di perusahaan kita sendiri? Lalu mengapa kita terjebak dalam rutinitas pegawai kantoran, kuliah atau rumah tangga tanpa sedikitpun terpikir akan membuka usaha yang menguntungkan. Padahal kesempatan anda untuk memulai bisnis terbuka lebar setiap saat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar