Minggu, 24 Maret 2013

YANGSUKSES-KRISTIONO


Kristiono :
Murni Biru Telkom
 Utama PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT Telkom) ini meniti karir dari Telkom ke Telkom. Dia Murni Biru Telkom! Pertama kali menjabat Dirut pada Juni 2002. Sempat diisukan akan diganti akibat masalah laporan keuangan tahun 2002 yang ditolak oleh Badan Pengawas Pasar Modal Amerika Serikat (US SEC), serta adanya gejala ketidakkompakan di lingkungan sesama direksi. Namun RUPS-LB PT Telkom di Jakarta, 10 Maret 2004 menetapkan kembali lulusan ITS Surabaya (1978) kelahiran Solo 12 Februari 1954 ini sebagai direktur utama.
Padahal sebelumnya santer terdengar nama orang nomor satu di PT Indosat Tbk Widya Purnama akan diplot ke Telkom. Isu lain berbunyi Menneg BUMN Laksamana Sukardi yang juga Bendahara DPP PDI Perjuangan sebagai wakil pemerintah yang pemegang saham terbesar telah mengantongi lima nama kandidat baru tanpa menyelipkan nama Kristiono. Kesimpulam kelima nama Laksamana peroleh setelah mengadakan uji kepatutan dan kelayakan (fit and propher test) terhadap 30 nama calon baik yang berasal dari dalam maupun luar Telkom. Kelima nama itu adalah Adeng Achmad, Bambang Riadi Umar, Sudiro Usno, Bajoe Narbito, dan Woeryanto Soeradji.
Nama Kristiono Ketua Ikatan Keluarga Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (IKA-ITS) Surabaya periode tahun 2004-2007 hanya selintas saja terdengar masih memperoleh kepercayaan dari pemegang saham. Suara kecil sayup-sayup ini pun dianggap berbagai kalangan sebagai formalitas dan penghargaan belaka saja terhadap dirinya sebagai orang lama yang bakal “digusur”. Pasalnya pergantian direksi dan komisaris PT Telkom secara prematur diintroduksi adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban bersama atas masalah laporan keuangan tahun buku 2002 yang ditolak oleh Badan Pengawas Pasar Modal Amerika Serikat (US SEC), serta adanya gejala ketidakkompakan di lingkungan sesama direksi.
Nama Suryatin Setiawan juga tetap dipercaya sebagai direksi hanya saja mengalami rotasi menjadi Direktur Bisnis Jasa menempati posisi yang sebelumnya diisi Garuda Sugardo. Anggota direksi baru adalah Abdul haris sebagai Direktur Bisnis Jaringan menempati posisi yang ditinggalkan Suryatin Setiawan, Rinaldi Firmansyah Direktur Keuangan mengantikan Guntur Siregar, serta Woeryanto Soeradji Direktur SDM dan Bisnis Pendukung menggantikan Agus Utoyo. Di jajaran komisaris “si Manajer Satu Miliar” Tanri Abeng dipilih menjadi Komisaris Utama menggantikan Bacelius Ruru. Anggota komisaris lain adalah P Sartono, Arif Arryman, Anggito Abimanyu, dan Gatot Trihargo.
Masa jabatan direksi baru berlaku sejak 10 Maret 2004 hingga RUPST tahun 2005 sedangkan komisaris berlaku hingga tiga tahun sampai RUPST ketiga mendatang. Padahal masa jabatan komisaris lama yang baru diganti sesungguhnya masih berlaku hingga pelaksanaan RUPST 2004 yang direncanakan Mei 2004, dan direksi lama seharusnya baru akan berakhir pada RUPST tahun 2005. Walau demikian masyarakat sudah banyak mafhum bahwa di lingkungan PT Telkom pergantian direksi selalu dilakukan sebelum masa bakti berakhir lima tahun.
Berkarir dari bawah
Ayah tiga orang anak alumni ITS Surabaya jurusan Teknik Elektro tahun 1978 ini pertamakali memasuki Telkom persis begitu lulus kuliah sebagai maintenance engineer. Kemudian selama enam tahun dia dipercaya sebagai kepala urusan teknik sentral telepon antara tahun 1982-1988. Dari situ dia dikirim selama dua tahun ke Denpasar sebagai Deputi Kawitel VII Denpasar antara tahun 1989-1990. Kemudian dia diangkat selama tiga tahun menjadi kepala subdit bina program perlengkapan, setelah itu sebagai Kepala Proyek Telkom IV antara tahun 1992-1994.
Dia kemudian “dikembalikan” ke Surabaya untuk memangku jabatan Kepala Divisi Regionel V Jawa Timur selama enam tahun, antara tahun 1995-2000. Dari Surabaya itulah dia langsung dipromosikan ke jajaran direksi sebagai direktur perencanaan dan teknologi antara tahun 2000 hingga Juni 2002 di bawah kepemimpinan Mohammad Nazif. Bulan Juni 2002 adalah masa terpenting bagi dia saat terpilih sebagai direktur utama menggantikan bosnya sendiri, Mohamad Nazif.
Kristiono peminat hobi membaca dan olahraga khususnya sepakbola, bulu tangkis dan golf itu adalah Ketua IKA-ITS dengan mengalahkan dua nama besar Ir Muchayat seorang pengusaha dan mantan ketua KADIN Jatim alumni teknik kimia, serta Ir Sutjipto Sekjen DPP PDI Perjuangan yang alumni teknik sipil. Kedua saingan itu pada akhirnya memang mengundurkan diri secara elegan dengan alasan masing-masing sehingga ketiganya tidak sempat berbenturan kepentingan. Sutjipto misalnya, beralasan mempunyai kesibukan sebagai pengurus partai.
Kesediaan Kritiono mengikuti bursa pemilihan IKA-ITS di awal Januari 2004 itu sesungguhnya cukup mengagetkan banyak kalangan. Sebab sebelumnya tidak banyak alumni yang peduli atau ingin merebut kursi itu sebelum mendengar nama besar Kristiono Dirut Telkom ikut meramaikan bursa kandidat. Para alumni tiba-tiba merasa peduli tentang calon ketua sambil mulai menduga-duga sekaligus memunculkan beragam kecurigaan, misalnya keikutsertaan Kristiono dikaitkan dengan pelaksanaan Pemilu 2004. Isu yang lebih ramai terdengar adalah terdapat garansi dari sebuah kekuatan politik besar siapapun ketua IKA-ITS terpilih akan berpeluang besar duduk di kursi kabinet hasil Pemilu 2004.
Kristiono sendiri usai terpilih secara terbuka mengaku di hadapan wartawan bahwa dia diisukan membawa kepentingan politik. “Maklum, saat ini banyak ketua IKA PTN-PTN besar yang berada di bawah Pak Laks,” ujar dia merujuk nama Laksamana Sukardi pemegang kuasa pemerintah di semua BUMN.
Dalam pandangan sesama alumni lain Cahyana Ahmadjayadi yang mantan direktur utama PT Pos Indonesia dan kini menjabat Deputi Menkominfo, menyebutkan, niat Kristiono menjadi ketua bukan karena ambisi melainkan sebagai salah satu bentuk keterpanggilan sebagai seorang putra ITS. Semasa kuliah, menurut Cahyana Kristiono tidak begitu aktif di organisasi mengikuti mahasiswa seusianya yang banyak berorganisasi di luar kampus termasuk turun ke jalan bersamaan dengan peristiwa Malari tahun 1974. Usman, teman lain seangkatan Kristiono menyebutkan mantan Kepala Divre V Jawa Timur itu benar-benar biru murni orang ITS padahal mahasiswa sedang gencar-gencarnya menentang Malari.
Kristiono sendiri menyebutkan kesediaan dirinya memimpin IKA-ITS lebih dikarenakan keprihatinan melihat eksistensi alumni ITS. Disebutkannya, sebagai PTN terbesar berbasis teknologi di wilayah timur Indonesia peran alumni masih jauh dari harapan bahkan belum sehebat alumni ITB, UI, maupun UGM yang dikenal solid dan penuh percaya diri. “Alumni kita itu low profile bahkan cenderung merasa tidak percaya diri di ruang gerak lokal maupun regional,” kritik Kristiono penerima penghargaan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI di tahun 1999.
Di lingkungan Telkom sendiri Kristiono tercatat pernah menerima “Penghargaan Masa Bakti 15 Tahun” pada 1 September 1993, dan lima tahun kemudian berubah menjadi “Penghargaan Masa Bakti 20 Tahun” pada 1 September 1998. Yang terbaru di tahun 2003 dia menerima penghargaan sebagai “Best CEO in Indonesia for the 2003 in Investor Relation Category” dari Institutional Investor Relation Group (IIRG) di New York, dan Kantor Berita Reuters Agustus 2003.
Selain penerima penghargaan satya lencana dan masa bakti serta posisi Ketua IKA-ITS beberapa pelatihan serta kursus-kursus yang diikuti telah membentuk Kristiono menjadi semakin matang dan siap secara manajerial profesional maupun secara leadership untuk memimpin sebuah perusahaan telekomunikasi berkelas dunia yang sukses mencatatkan penjualan saham di bursa New York Stock Exchange.
Masa pelatihan kaderisasi manajerial Telkom itu sudah dia ikuti semenjak tahun 1979 saat pertamakali mengikuti pelatihan Electronic Data Processing Concepts di NCR Corporation, tahun 1979.
Kemudian dia mengikuti pelatihan Telephone Switching Engineering di Kokusai Dheshin Denwa Co, LTD tahun 1982, Project Planner di Siemens tahun 1983, Pemeriksaan Operational PPA STAN tahun 1985, Cellular Radio di ITU tahun 1988, Kursus Staf dan Pimpinan III Telkom tahun 1990, Kursus Staf dan Pimpinan Gabungan BUMN, Lemhannas tahun 1992, Kursus Manajemen TOP 50 1996, serta Kursus Reguler Lemhannas KRA XXXII 1999.
Berbagai catatan emas itulah yang antara lain turut membuat resistensi dia praktis tidak ada saat diangkat mengantikan Muhammad Nazif sebagai orang tertinggi Telkom. Selain karena merupakan orang dalam dia sudah pernah menduduki berbagai jabatan strategis di lingkungan PT Telkom. Dengan penuh rasa percaya diri berpenampilan tenang sekaligus berwibawa di usia 48 tahun pada Juni 2002 itu dia memulai tugas dengan melakukan sejumlah pembenahan baru di lingkungan perusahaan yang sudah mencatat jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak delapan juta pelanggan.
Jabatan sebagai orang tertinggi di sebuah perusahaan berkelas dunia yang ingin mendominasi permainan bisnis jasa telekomunikasi di lingkungan regional Asia Pasifik sesungguhnya adalah sebuah tugas yang berat bagi dia. Terlebih jika mengingat persaingan bisnis telekomunikasi yang sudah semakin ketat. Tetapi dengan latar belakang segudang pengalaman di dunia telekomunikasi dia menerima amanah itu dengan tetap tenang. “Pijakan saya dalam menjalankan tugas hanya satu yakni melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya apa pun bidangnya,” kata Kristiono.
Kehilangan kesempatan
PT Telkom awalnya mempunyai hak eksklusif sebagai penyelenggara jasa telepon lokal hingga tahun 2010 dan monopoli sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) hingga tahun 2005. Namun semua hak itu harus berakhir sejak 1 Agustus 2002 hanya dua bulan setelah terpilih sebagai dirut mengikuti arahan dan semangat kebebasan berusaha yang dikandung Undang-undang Telekomunikasi baru. Bersamaan itu kepada Telkom mulai pula dibuka pintu sebagai penyelenggara jasa sambungan langsung internasional (SLI) yang sebelumnya diduopoli oleh PT Indosat Tbk dan PT Satelindo.
Kendati rasanya berimbang tapi dalam pengakuannya, “Telkom mengalami opportunity lost karena hak eksklusif yang semula diberikan hingga tahun 2010 untuk fixed line dan 2005 untuk jasa SLJJ diterminasi menjadi 2002 dan 2003,” terang Kristiono. Kebijakan baru UU Telekomuniasi mengarahkan operator menjadi penyedia jasa dan jaringan secara penuh atau full network and service provider.
Karena itu tanpa mau kehilangan akal atas penghapusan hak eklusifitas dia justru merasa tercambuk untuk segera melakukan perubahan di lingkungan Telkom. Dia mengajak seluruh karyawan siap menghadapi perubahan di bisnis jasa telekomunikasi. Ke depan, sebut dia, masyarakat pada akhirnya akan memilih perusahaan jasa telekomunikasi yang mampu memberikan pelayanan terbaik.
Untuk antisipasi penghapusan hak monopoli dan menjelang era globalisasi Kristiono mulai menggerakkan Telkom yang semula cenderung bergelut di jasa fixed line saja diperluas untuk mulai mendefinisikan bisnis informasi dan komunikasi (infokom). Dia merumuskannya sebagai PMVIS atau phone, mobile, view, internet, and service.
“Ke depan kami ingin menjadi perusahaan Infokom berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, Asia, bahkan Asia Pasifik,” ujar dia sambil memulai kampanye visi dan misi baru Telkom yang berhasil ditelurkan oleh RUPS Luar Biasa Juni 2002 dari yang lama “To Become a Leading InfoCom Company in the Region” menjadi baru “To Become a dominant InfoCom player in the Region”. Istilah Infokom berarti layanan telekomunikasi yang mencakup jasa-jasa yang terkait dengan teknologi tinggi mulai dari telepon tetap, telepon seluler, TV Kabel, komunikasi data, sampai jasa-jasa berbasis internet protokol.
Jasa TelkomFlexi yang dibidani oleh Garuda Sugardo seorang “dewa” selular Indonesia saat menjabat direktur jasa bisnis adalah cikal bakal yang diproyeksikan akan menjadi sebuah megaproyek baru menuju era generasi ketiga telepon seluler. Menurut Kristiono TelkomFlexi sudah akan mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pendapatan Telkom mulai tahun buku 2004.
Dia mentargetkan TelkomFlexi akan memperoleh satu juta pelanggan baru di tahun 2004. Hingga Januari 2004 saja TelkomFlexi sudah berhasil mengantongi 550 ribu nomor pelanggan dan di akhir tahun 2005 diprediksi sudah mencapai 1,6 juta pelanggan. ‘’Telkom Flexi akan menjadi sumber pendapatan Telkom. Selain karena pertumbuhannya pesat Telkom Flexi sudah menjadi telepon pertama dan bukan lagi menjadi telepon kedua,’’ ujar Kristiono.
Ke pundak Kristiono sejak Juni 2002 telah mulai dibebankan tekad agar Telkom mampu menjadi penyelenggara jasa Informasi dan Komunikasi atau Infokom baru. Dengan menyederhanakan bahasa Kristino menyebutkan bahwa setiap sambungan yang sampai ke pelanggan akan memberikan multi bundling service yang mampu menyalurkan jasa multimedia dengan kecepatan tinggi. Caranya adalah melakukan konsolidasi sinergi dengan perusahaan afiliasi Telkom yang tergabung dalam TELKOM-Group untuk mengemas paketisasi layanan.
Untuk itu Kristiono giat melakukan perubahan antara lain dengan menawarkan pelayanan bersifat one stop infocom berkualitas prima dengan harga kompetitif, mengelola usaha dengan cara yang terbaik dengan mengoptimalkan sumberdaya manusia (SDM) yang unggul dengan teknologi yang kompetitif, serta membangun business partner yang sinergis.
RUPSLB Juni 2002 menetapkan visi dan misi baru Telkom berdasar konsep value creation yang mencakup aspek pertumbuhan, profitability (aspek keuntungan) dan sustainability (kesinambungan).
Kristiono sadar untuk merealisasikan visi dan mendukung pelaksanaan misi korporasi tersebut dibutuhkan budaya korporasi yang kuat mencakup tiga hal. Pertama adalah asumsi dasar yakni anggapan atau pandangan dasar yang menentukan bagaimana insan Telkom mempersepsi, berpikir, dan merasakan sesuatu harus bisa diterima tanpa perlu mempertanyakan lagi kebenarannya sebab esensi budaya Telkom terletak pada asumsi dasar.
Kedua adalah nilai-nilai yakni apa yang dianggap penting, apa yang sebaiknya dilakukan, atau apa yang dianggap berharga. Ketiga adalah aspek perilaku yakni mencakup simbol, upacara, seremoni, dan tingkah laku. Kristiono melanjutkan asumsi dasar adalah komponen yang terdalam dari budaya, sedangkan nilai dan perilaku merupakan menifestasi yang lebih konkret dari asumsi dasar tersebut.
Menurut Kristiono keikhlasan dan kejujuran adalah inti dari pelayanan yang paling dinantikan oleh setiap pelanggan dan pengguna jasa infokom di setiap perusahaan jasa telekomunikasi. Karena itulah Telkom memunculkan motto baru “Telkom, committed to you”.
“Kini kami berada dalam paradigma baru di mana persahabatan yang erat dengan para konsumen dan masyarakat pada umumnya adalah suatu keharusan. Perusahaan ini menjadi lebih berarti karena adanya konsumen. Oleh sebab itu sudah menjadi kewajiban kami untuk memberikan layanan yang lebih baik ,” kata Kristiono.
Perubahan komposisi jaringan
Walau Telkom mulai meninggalkan paradigma lama unggul berdasarkan teknologi namun Kristiono justru melakukan banyak lompatan baru secara teknologis. Misalnya melakukan perubahan komposisi jaringan telekomunikasi. Telkom telah meningkatkan jumlah jaringan serat optik, jaringan berbasis internet protocol (IP), dan jaringan fixed wireless. Dia berharap dalam waktu singkat jaringan serat optik sudah dapat menjangkau 20 persen pelanggan korporasi bisnis sedangkan jaringan fixed wireless mampu mewakili 40 persen saluran last mile.
Peran teknologi wireless akan ditingkatkan. Jaringan last mile yang sebelumnya 10 persen berupa kabel (wireline) ke depan akan diubah menjadi hanya 60 persen wireline. Perubahan komposisi jaringan itu dimaksudkan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan pelanggan.
“Sebanyak 40 persen last mile nantinya akan berupa jaringan wireless dengan memakai teknologi CDMA (code division multiple access) 2000-1X yang bisa dikatakan sebagai generasi dua setengah atau 2,5G,” terang Kristiono siap menyongsong teknologi terbaru. Sepanjang tahun 2004 Kristiono menyebutkan Telkom akan menganggarkan dana belanja investasi (capital expenditure/Capex) sebesar Rp 8 triliun separuhnya adalah untuk restrukturisasi anak perusahaan.

Nama:
Kristiono
Lahir:
Solo, 12 Februari 1954
Status Perkawinan:
Menikah dengan 3 (tiga) orang anak
Hobby:
Membaca - Olahraga ( Sepak Bola, Bulu Tangkis, dan Golf )
Pengalaman Kerja:
1. Direktur Utama, PT Telkom sejak 10 Maret 2004– Sekarang
2. Direktur Perencanaan dan Teknologi, PT Telkom April 2000 – Juni 2002
3. Kepala Divisi Regional V Jawa Timur , PT Telkom 1995 – April 2000
4. Kepala Proyek Telekomuniksi IV, PT Telkom 1993 – 1994
5. Kepala Subdit Bina Program Perlengkapan, PERUMTEL 1990 – 1992
6. Wakil Kepala Wilayah Usaha Tekomunikasai VIII Denpasar, PERUMTEL 1989
7. Kepala Urusan Teknik Sentral Telepon, PERUMTEL 1982 - 1988
Pendidikan:
Sarjana Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya lulus tahun 1978
Pelatihan:
1. Electronic Data Processing Concepts, NCR Corporation, tahun 1979
2. Telephone Switching Engineering, Kokusai Dheshin Denwa Co, LTD, tahun 1982
3. Project Planner, SIEMENS, tahun 1983
4. Pemeriksaan Operational, PPA STAN, tahun 1985
5. Cellular Radio, ITU, tahun 1988
6. Kursus Staf dan Pimpinan III, PT Telkom, tahun 1990
7. Kursus Staf dan Pimpinan Gabungan BUMN, Lemhannas, tahun 1992
8. Kursus Manajemen TOP 50, tahun 1996
9. Kursus Reguler, Lemhannas KRA XXXII, tahun 1999
Penghargaan dan Tanda Jasa:
1. Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI, 13 September 1999
2. Best CEO in Indonesia for the 2003 in Investor Relation Category dari IIRG (institutional Investor Relation Group) di New York & Kantor Berita Reuters, Agustus 2003
3. Penghargaan masa Bakti 20 tahun, dari PT Telkom, pada 1 September 1998
4. Penghargaan Masa bakti 15 Tahun, dari PT Telkom, pada 1 September 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar